Hai d'gad...
Kali ini d'Me ingin membahas mengenai tenggelamnya kita mengenang sony xperia. Dimana Saat didirikan pertama kali pada Mei 1946, Sony tak lahir dengan nama "Sony", melainkan "Tokyo Tsushin Kogyo". Sayangnya, nama itu dirasa terlalu sulit untuk diucapkan masyarakat dari belahan dunia lain, pasti d'gad juga susah tu nyebutinnya. Kayanya mesti ada contekan biar bisa ingat n ngucapinnya dengan benar. Haha... Apalagi kalau mau expansi ke luar jepang, ngucapinnya aja dah belibet, gimana mau memasarkannya? Gak kebayang kalau tu bule" inggris dengar kata "Tokyo Tsushin Kogya" bisa bisa roaming (dah kaya telphon seluler aja) boro" tertarik yg ada si bule malah puyeng tu otaknya.
Maka dari itu, Akhirnya Akio Morita, sang co-founder, mengganti nama perusahaannya menjadi "Sony" pada Januari 1958. Widih... Kalah Juga ne umur d'gad ma ne merk! Haha... Peace ....
Nah, Sony sendiri adalah gabungan dari dua kata, yakni "Sonus" (yang berarti suara dalam Bahasa Latin), serta kata "Sonny", yang pada masa itu sangat populer untuk mendeskripsikan bocah laki-laki.
Kabarnya d'gad, sebelum mendirikan Sony, Masaru Ibuka menandai debutnya memproduksi penanak nasi elektronik. Akan tetapi, produk itu tidak pernah dirilis ke pasar besar karena kinerjanya tidak memuaskan (labil gitu d'gad kinerjanya si alat ini).
Dan kalau d'gad teliti mengamati materi promosi smartphone atau tablet Xperia, d'gad mungkin akan mengenali bahwa gadget tersebut selalu menunjukkan pukul 10:35.
Ternyata, ne angka memiliki arti d'gad. 10 adalah elemen kimia dari Neon, sementara 35 menunjukkan elemen Bromine. Empat digit angka itu juga bisa ditambahkan dan menghasilkan angka 9, yang dalam mitologi Yunani mengacu ke sembilan renungan. Juga, 35 adalah nomor punggung pemain basket legenda Kevin Durant dan dalam musik, interval sepersepuluh utama adalah satu oktaf ditambah sepertiga besar. Hanya itu penjabaran yang diberikan Sony, ya benar tidaknya terserah Sony d'gad.
D'gad jika berkunjung ke Sony City Tokyo, d'gad akan menemukan sebuah figur marmut (guinea pig) mini berlapis emas. Itupun kalau d'gad gak nyasar dijepang. Dan marmut itu ternyata adalah pemberian dari para pegawai Sony untuk Masaru Ibuka dan kemudian menjadi simbol perusahaan. Mantap jiwa ne pegawainya d'gad.
Sebagai perusahaan yang kaya akan inovasi d'gad, Sony pernah membuat pemutar suara piringan hitam alias vinyl berwujud van mini. Produk yang dikenal dengan 'Chorocco', ‘The Record Rider’ atau ‘Sound Wagon’ itu akan berjalan mengelilingi vinyl dan memutar lagu melalui speaker di bodinya. Sayangnya, gadget ini tidak dijual dan hanya dipertontonkan untuk menginspirasi di kalangan perusahaan saja. Nah kalau d'gad kejepang dan sianggah ke Sony City Tokyo, tetap gak bisa menonton dan mendengarkan vinyl ini, maklum d'gad kan bukan karyawan sony!😄
Nah, sekian dulu d'gad kita tenggelam dalam mengenang sony sebelum d'get memposting gadget sony.
Komentar
Posting Komentar